SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA PENERBANGAN AKIBAT DEBU VULKANIK YANG DIKEMBANGKAN INDONESIA MENDAPAT APRESIASI DUNIA INTERNASIONAL

SIARAN PERS
Nomor : 190/KJSH/IX/2018

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA PENERBANGAN AKIBAT DEBU VULKANIK YANG DIKEMBANGKAN INDONESIA MENDAPAT APRESIASI DUNIA INTERNASIONAL

Platform IWISH, suatu sistem penanggulangan bencana penerbangan akibat debu vulkanik yang dikembangkan stakeholder penerbangan Indonesia mendapat apresiasi dari dunia penerbangan internasional. Apresiasi tersebut diberikan saat pelaksanaan latihan internasional tingkat Asia Pasifik terkait penanggulangan bencana penerbangan akibat debu vulkanik atau Asia Pacific Volcanic Ash Exercise (APAC VOLCEX 18/02) pada hari Kamis (20/09) di Kantor BMKG Jakarta.

Direktur Navigasi Penerbangan Elfi Amir menyampaikan bahwa abu vulkanik adalah natural hazard yang sering disepelekan namun sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan.

“Dahulu kita sering meng-underestimated-kan bahaya abu vulkanik, padahal itu yang sangat berbahaya apabila bersentuhan dengan pesawat dan dapat berdampak pula terhadap ekonomi sebagai akibat pengalihan jalur penerbangan atau penutupan bandara”, Ujar Elfi.

Apresiasi terhadap IWISH diberikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) dan perwakilan dari Jepang, Hongkong, Singapura, dan negara Asia Pasifik lainnya yang terlibat sebagai player dan observer dalam kegiatan ICAO APAC VOLCEX 18/02 ini. IWISH dinilai sangat informatif dalam penyebarluasan informasi terkait pananganan abu vulkanik kepada user penerbangan. Sistem IWISH juga dianggap sebagai media yang cukup efektif dalam penyampaian dan pertukaran informasi abu vulkanik serta sebagai referensi dalam pengambilan keputusan penanganan abu vulkanik.

Sistem IWISH sendiri merupakan integrasi data dan informasi antara Ditjen Hubud dengan PVMBG, BMKG, Perum LPPNPI (AirNav), serta komunikasi dengan penyelenggara bandar udara (UPBU, AP-I dan AP-II) dalam penanganan abu vulkanik di Indonesia.

Sistem iWISH menampilkan informasi terbaru terkait abu vulkanik dan poligon area terdampak serta forecast yang ada, serta bandara di dalam dan di area terluar poligon sejauh 60 nautical mille.

Terkait penyelenggaraan ICAO APAC VOLCEX 18/02, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui Direktorat Navigasi Penerbangan selaku regulator penerbangan nasional memberikan kepercayaan kepada BMKG untuk menjadi Exercise Leader dalam kegiatan APAC Volcex 18/02 ini. Kegiatan tersebut melibatkan institusi tekait penerbangan, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri.

Elfi Amir  juga mengapresiasi terciptanya sistem penanggulangan bencana penerbangan akibat abu vulkanik IWISH guna menjaga keselamatan penerbangan.

“Saya mengapresiasi kepedulian kita semua terhadap keselamatan penerbangan melalui sistem ini, Insya Allah usaha mulia kita dapat menjaga keselamatan transportasi udara kita dan meminimalisir kerugian ekonomi yg berpotensi diderita oleh banyak pihak”, ujar Elfi.

Pada tahun 2018 ini, ICAO Asia Pacific telah menjadwalkan untuk melakukan 3 kali Exercise. Yang pertama dijadwalkan di Papua New Guinea (PNG), namun tidak dapat terlaksana dikarenakan kurang kesiapan di negara penyelenggara. Kedua di Indonesia. Dan yang ketiga akan dilakukan di New Zealand, yang melibatkan negara-negara kecil di wilayah Pasifik.

Beberapa agenda pre-exercise APAC Volcex 18/02 telah dilaksanakan dan berjalan lancar. Agenda tersebut diantaranya Penyusunan draft exercise directive; Koordinasi teknis exercise terkait informasi abu vulkanik antar stakeholder baik di tingkat nasional maupun internasional; The first pre-exercise teleconference meeting; Publikasi Aeronautical Information Circular (AIC); Bimbingan teknis player nasional; Pengembangan I-WISH website platform untuk mendukung proses collaborative decision making (CDM) terkait penanganan abu vulkanik; dan The second pre-exercise teleconference meeting yang juga diikuti oleh Sekretariat ICAO Asia Pasifik, VAAC Darwin, dan stakeholder internasional maupun nasional.

Melalui volcanic ash exercise diharapkan selalu terwujud koordinasi erat dan respon cepat dari dan antar stakeholder dalam operasional penanganan abu vulkanik sehingga terjaga keselamatan, keteraturan dan efisiensi dalam dunia penerbangan.

Hal tersebut juga dilontarkan Elfi bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan koordinasi dan komunikasi yang erat serta respon cepat dari dan antar instansi terkait untuk mencegah kecelakaan pesawat udara atau bahaya lain dalam aktivitas penerbangan yang diakibatkan oleh abu vulkanik, serta menguji prosedur global maupun regional terkait volcanic ash.

“Saya harap dengan adanya kegiatan kegiatan ini, kita semua dapat lebih responsif dalam mencegah bahaya abu vulkanik dalam kegiatan penerbangan, sehingga standar prosedur keselamatan terhadap bahaya abu vulkanik dapat teruji”, pungkas Elfi.(DM/FY/LW/SR)

KEPALA BAGIAN KERJA SAMA DAN HUMAS
DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

SINDU RAHAYU



Leave a Reply