- 9 January 2020
- Posted by: webadmin
- Category: Bali, Berita

Mangupura, 9 Januari 2020. Rapat Koordinasi Kewaspadaan dan Respon Terhadap Penyakit Pneumonia Berat Dari Tiongkok dilaksanakan di ruang rapat Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV. Kesiapsiagaan dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Pneumonia . Peserta rapat yang hadir dari Komunitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Rapat dibuka oleh Elvi Amir, S.SiT, SE.MM Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV , dalam sambutan pembukaan disampaikan agar semua stake holder dapat mendukung dan berperan aktif dalam pencegahan penyebaran wabah tersebut.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar dr. H. Lucky Thahjono, M. Kes menyampaikan materi terkait penyebaran wabah Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah, adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau menggigil. Bakteri, virus, dan jamur merupakan organisme yang dapat menyebabkan pneumonia atau paru-paru basah. Namun pada penderita dewasa, kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pada 31 Desember 2019, WHO Tiongkok memberitahu tentang kasus pneumonia dengan etiologi yang belum jelas (penyebabnya tidak diketahui) terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Pada 3 Januari 2020, total 44 pasien dengan pneumonia dengan etiologi yang belum diketahui telah dilaporkan ke WHO oleh badan otonom nasional di Tiongkok (pemerintah). Dari 44 kasus yang dilaporkan, 11 sakit parah, sementara 33 pasien lainnya dalam kondisi stabil. Menurut laporan media, pasar yang terkait di Wuhan ditutup pada 1 Januari 2020 karena sanitasi lingkungan dan desinfeksi. Agen penyebab masih belum diidentifikasi atau dikonfirmasi. Pada 1 Januari 2020, WHO meminta informasi lebih lanjut dari badan otonom nasional untuk menilai risiko. Badan otonom nasional melaporkan bahwa semua pasien diisolasi dan menerima perawatan di Wuhan medical institutions. Tanda-tanda dan gejala klinis utamanya adalah demam, dengan beberapa pasien mengalami kesulitan bernafas, dan radiografi dada menunjukkan lesi invasif pada kedua paru-paru. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi di pasar makanan laut Huanan. Berdasarkan informasi awal dari tim investigasi Tiongkok, tidak ada bukti penularan signifikan dari manusia ke manusia dan tidak ada infeksi petugas kesehatan yang dilaporkan
Langkah langkas kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah: Koordinasi Lintas sektor dan Lintas Program, Pengamatan thd pelaku perjalanan yang datang dari negara terjangkit pneumonia (Cina) dg Alat Pendeteksi Suhu Tubuh (thermal scanner), Apabila terdeteksi pelaku perjalanan >38o c dan bila disertai batuk, sesak dan gejala Pneumonia berat lainnya maka dilakukan tatalaksana dan dilakukan rujukan. Menyampaikan notifikasi data pelaku perjalanan yang datang dari terjangkit kepada Dinkes Propinsi, Memberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) ke pelaku perjalanan. Komunikasi Informasi Edukasi Risiko, Melaporkan Suspect Pneumonia Berat yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit ke DITJEN P2P.
Langkah langkah kewaspadaan yang telah dilakukan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai adalah telah dilakukan di Pengawasan Penumpang berdasarkan Informasi Gendec, Deteksi suhu tubuh terhadap penumpang datang dari negara terjangkit dg Thermal Scanner dan Thermometer Infrared.