- 29 July 2020
- Posted by: webadmin
- Category: Bali, Berita

Latihan Partial dan Airport Emergency Committee Meeting Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang dilaksanakan secara langsung oleh para pelaku di lapangan dan anggota AEC menyaksikan live melalui virtual menggunakan aplikasi Google Meet.
Kantor Otoritas Bandar Udara sebagai pembina diwakili oleh Kasi FPBU Bapak I Made Sutamayasa, Kasi KP2D Bapak Marthinus Hutasoit, dan Inspektur PKP-PK & Salvage. Kegiatan diikuti oleh seluruh anggota Komite Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. yang dimulai dari pukul 08.00 WITA – 11.00 WITA.
Kegiatan dimulai dengan Latihan partial yaitu menampilkan kejadian secara real yang sebelumnya sudah dilakukan pada simulasi latihan table top (kejadian tumpahan fuel pada saat proses refueling yang mengakibatkan terjadinya api/kebakaran di apron).
Simulasi dengan skenario tumpahan fuel ini merupakan suatu hal yang baru dan pertama kali dilakasanakan di Indonesia sehingga besar harapan dari evaluasi kegiatan ini akan dijadikan referensi untuk pembaharuan kelengkapan dokumen AEP yang sudah ada. Dan ini juga merupakan simulasi dengan online pertama kali dilaksanakan karena kondisi pandemi ini sehingga protokol kesehatan dapat berjalan dengan baik.
Secara umum kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. Setelah kegiatan latihan partial dilakukan terdapat beberapa poin evaluasi yang kami sampaikan antara lain :
1. Penggunaan APD sesuai dengan protokol kesehatan untuk para pelaku latihan.
2. Teknis pelaksanaan secara virtual, dimana belum ada pembagian tugas antara pembawa/pemandu acara kegiatan dan narator, sehingga peserta yang menjadi observer merasa sedikit sulit untuk mengikuti jalannya alur kegiatan.
3. Prosedur Pertamina yang pada saat pelaksanaan latihan tidak melakukan pemindahan kendaraan dan pencabutan selang menuju hydrant pit yang dapat menyebabkan kejadian yang lebih besar dan membahayakan.
4. Tidak adanya proses / skenario yang menjelaskan tentang keadaan pelayanan Bandara saat ketika terjadi kejadian seperti pada latihan (bandara closed atau taxiway closed dan proses publikasi informasi aeronautikanya)
5. Penggunaan kendaraan utama PKP-PK yang belum disertifikasi untuk melaksanakan latihan partial. (akan ditindaklanjuti oleh Otban dengan cara berkoordinasi dengan pihak penerbit sertifikat yaitu DBU untuk mendapatkan arahan mengingat telah diterbitkannya SE untuk peniadaan sementara kegiatan sertifikasi, sedangkan fasilitas yg dimaksud sangat dibutuhkan untuk kondisi saat ini).