- 22 September 2018
- Posted by: webadmin
- Category: Bali, Berita, Lombok
Selama ini Simpang Tugu dikenal sebagai simpul kemacetan akibat pertemuan lalu lintas dari empat arah yaitu kendaraan dari dan menuju Bandara Ngurah Rai, Tol Bali Mandara, dan Kota Denpasar menuju kawasan wisata Nusa Dua dan sekitarnya. Pengoperasian underpass ini sangat dinantikan oleh masyarakat karena dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen. Kendaraan dari Nusa Dua menuju Denpasar atau sebaliknya nantinya akan melalui underpass sehingga waktu tempuh kendaraan lebih cepat. Underpass ini dibangun bertujuan untuk mengurangi kemacetan di Kota Denpasar serta mendukung pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (IMF-WB) tahun 2018, Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas, akan mendukung mobilitas para peserta konferensi selama berlangsungnya acara. Para peserta yang hadir terdiri dari pejabat pemerintah, pengambil keputusan, pemimpin usaha dan akademisi yang akan membahas tren global dan bagaimana negara dapat menyesuaikan kebijakan di tengah perubahan lingkungan dunia yang dinamis agar terus mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai memiliki panjang 712 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 5,2 meter. Pembangunan telah dimulai sejak September 2017, dengan nilai Rp 168,3 miliar melalui anggaran BBPJN VIII, Ditjen Bina Marga. Konstruksi dikerjakan oleh PT Adhi Karya-PT Nindya Karya-PT Wira KSO. Sementara untuk konsultan supervisi oleh PT Wira Widyatama, PT Aria Jasa Reksatama, dan PT Tata Guna Patria (Joint Operation). Desain undepass juga mengakomodir ornamen-ornamen budaya Bali yang dapat dirasakan pada saat kendaraan masuk underpass serta pada dinding underpass. Keberadaan underpass ini tidak hanya fungsional secara fisik semata namun juga menambah keindahan estetik kawasan metropolitan Denpasar, Bali yang menyatu dengan kultur budaya lokal.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meresmikan Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai. Saat memberi sambutan, Menko Luhut mengapresiasi pembangunan Underpass karena selesai lebih cepat dari waktu yang ditargetkan. Ini lebih cepat satu setengah bulan dan memang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) paten banget. Hampir semua proyek nasional yang dikerjakan berjalan dengan baik, Menko Luhut juga menjelaskan, bahwa dampak dari pembangunan tersebut, akan membebaskan lalu lintas di Bali dari kemacetan. Apalagi mendekati event besar IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, di bulan Oktober 2018 mendatang, para tim IMF sudah berada di Bali dan mulai bekerja. Di mana, sejak hari Jumat (21/9) kemarin para peserta yang akan datang ke Bali sudah mencapai 19.000 orang. Jadi kita agak pusing karena permintaan kendaraan juga meningkat. Padahal kami sudah hitung kendaraan disini hanya bisa 3.400 kendaraan. Sekarang mobil kecil sudah hampir 4.000 kendaraan. Kita lagi mengatur jangan sampai macet total hal ini juga menjadi masalah lain,” ungkapnya. Menko Luhut juga menjelaskan, destinasi wisata di Bali mencover hampir 40 persen lebih turis di Indonesia. Maka dengan adanya hal tersebut Presiden Joko Widodo meminta Bali ditata. Oleh karena itu kami sudah meminta World Bank dan Universitas Udayana untuk membuat study. Karena runway (Bandara) Ngurah Rai kita akan perlebar sampai 40 hektar Apronnya, akibatnya jumlah penumpang yang akan datang ke Bali bisa saja 37 juta orang dalam 3 atau 4 tahun kedepan,” jelasnya. Kalau dengan sekarang ini tidak akan mampu mengurangi trafik itu. Ini paling mampu 2 atau 3 tahun setelah itu akan penuh. Oleh karena itu dengan study itu apakah akan membuat jalan keluar dari Airport. Studi ini akan dimulai,” tambahnya. Selain itu, Menko Luhut juga meminta pembangunan Bandara Internasional Bali Utara di Buleleng Bali juga segera dibuat. “Karena itu harus bersinergi, dengan demikian konekfitas di Bali akan bagus dan turis akan punya dampak besar pada Bali